hi kids, this is your dad(s)

SHE;
4 min readJan 1, 2024

--

pic cr to pinterest

Setiap sudut jalanan kota Berlin membawa kilas balik memori yang terputar secara otomatis di dalam kepala Aubrey. Beberapa adalah memori menyenangkan seperti toko roti di ujung jalan yang selalu ia kunjungi sepulang sekolah masih berada di tempat yang sama. Atau taman di dekat perumahannya yang kini semakin asri dan direnovasi beberapa sudutnya. Yang lain adalah memori yang membuatnya sadar bahwa kali terakhir ia injakkan kakinya di sana adalah belasan tahun silam. Salah satu di antaranya adalah kabar beberapa tetangga di sekitar lingkungan tempat tinggalnya yang kini telah tiada.

Kakek Liam, misalnya. Pria yang seluruh rambutnya telah memutih itu, dulu, adalah salah satu tetangga kesayangan Aubrey. Pria itu menganggapnya seperti cucu sendiri dan sering mengajaknya untuk menikmati sepiring kue manis di teras rumahnya. Mengawasi cucu kandungnya juga anjing peliharaannya berlarian kesana-kemari di halaman depan.

Memori itu membuat Aubrey tersenyum karena ia sempat lupa bahwa kota ini juga menyimpan banyak memori indah baginya.

Tautan tangannya dan Isaac mengerat. Ia menoleh ke arah yang lebih tinggi saat keduanya tiba di sebuah restoran untuk menyantap makan siang mereka. Restoran itu cukup lengang dan keduanya memilih duduk di bagian outdoor dengan pemandangan jalanan kota Berlin yang cukup ramai hari ini.

“Owi, kamu tau trend ‘hi kids, this is your mom/dad’ itu nggak?”

Isaac meletakkan ponselnya di atas meja sebelum menaruh atensi sepenuhnya pada Aubrey.

“Tau, yang ceritanya ngasih pesan buat anak di masa depan gitu kan?”

Aubrey mengangguk semangat. Jawaban dari Isaac membuatnya mengeluarkan kamera miliknya yang sedari tadi ia bawa di dalam tasnya.

“Let’s make one!” ajaknya semangat.

Aubrey menggeser duduknya sehingga mereka berdua bisa tertangkap oleh layar kamera miliknya. Ia mengatur benda itu menjadi mode rekam hingga sebuah cahaya merah yang menandakan proses perekaman telah dimulai berkedip di sudut kiri atas kamera.

“Ayo, kamu duluan!”

Isaac mendengus pasrah dan tertawa pasrah setelahnya. Ia menimbang sebentar, bergantian melirik layar kamera juga Aubrey sebelum merangkul sosok di sampingnya dan mulai berbicara.

“Hi kids, this is your dad. Papa nggak tau akan ketemu kalian kapan atau di tahun berapa, but I hope you’re living your best life and happy with the fact that you’re my son/daughter. I would like to apologize in advance through this opportunity kalau nantinya akan ada hari dimana kalian merasa sedih karena ‘rumah’ yang kalian tinggali nggak seperti yang kalian kira. Your dad is far from the word ‘perfect’ itself but i would try my best to provide any kind of things that could help you to live your life comfortably. Papa juga berharap kalau nantinya takdir ngebiarin Papa untuk hidup bareng di masa depan sama orang di samping Papa. I bet it’s happier and bearable that way. Hmm…see you in the future, I guess?

Isaac mengakhiri pidato singkatnya dengan lambaian kecil ke arah kamera, berhasil membuat sang empu tertawa.

Aubrey lalu memperbaiki posisi duduknya dan memulai sesinya.

Hi kids, this is your dad. Saat ini, aku cuma ingin terus hidup sebagai diriku sendiri. Aku bahkan belum tau mau dipanggil apa sama kalian, and please, forgive me for now. Nantinya, apapun keputusan kalian, aku akan berusaha membersamai setiap prosesnya dan membimbing kalau-kalau kalian mulai hilang arah dan bingung harus pilih jalan yang mana. Aku juga masih belum punya apa-apa sebagai jaminan bahwa hidup kalian akan selalu bahagia seperti kisah-kisah di layar kaca, tapi aku akan terus coba selagi membenahi hidupku juga. Just remember that even a bad day only lasts for 24 hours and i’ll try to avoid that kind of day coming to you that often. See you somewhere in the future, nak. I’ll try my best to live my life here, now and till then. You’re gonna be the best one(s), for sure. I’ll be glad if I got to raised you with someone right here beside me, tho”

Isaac tersenyum senang saat pesan Aubrey berakhir dan kini ia sibuk mematikan kameranya. Tangannya masih setia merangkul bahu sosok itu bahkan hingga bermenit-menit lamanya. Pikirannya menerawang jauh. Membayangkan bahwa hidupnya di masa depan akan sangat menyenangkan bila benar bahwa Aubrey akan berada di sisinya, selalu.

“Hei, mikirin apa sih?”

Teguran itu menarik Isaac kembali ke dunia nyata. Dapat ia lihat raut wajah lawan bicaranya yang kebingungan, pun ia yang tidak sadar sempat melamun seraya memandangi wajah Aubrey.

“Enggak, kok. Just imagining my future life with you. It’s gonna be a fun journey

Aubrey tertawa dengan suaranya yang mengalun indah, “Are you sure? Bukannya nanti ribut terus ya, kalo sama aku?”

“And that’s the most ‘fun’ part, Bey”

Saat ini, apa yang diucapkan keduanya hanyalah mimpi dan angan belaka. Mimpi dan angan yang di dalamnya terselip harapan bahwa keduanya ingin hal itu terwujud sebagaimana mereka menginginkannya. Isaac dan Aubrey hanya punya mimpi juga rasa yang hangatnya cukup untuk mereka bagi pada satu sama lain.

--

--

SHE;
SHE;

Written by SHE;

tried to escape, so here i am

No responses yet